Sejarah dan Definisi Literasi
Apakah selama ini pendidik, peserta didik, dan orang tua belum melaksanakan dua kata yang sering didengungkan?
Jawabannya adalah salah besar (itu bagi saya ya, hehehe....).
Bahkan pada jaman dahulu kala, nenek moyang kita sudah melakukan literasi ini lo....
Tradisi bertutur (read, mendongeng ya guys...) merupakan suatu suatu bentuk literasi ya. Namun terkadang bagi kaum yang baru-baru ini ada stigma
"Tradisi bertutur yang telah mengakar, tumbuh dan berkembang di masyarakat adalah menghambat literasi membaca (reading literacy) utamanya minat, kegemaran dan budaya membaca masyarakat."
Jawaban saya simple saja.
Mendongeng atau bertutur merupakan bagian dari literasi. Hanya kita perluh sedikit merubah konteks yang biasanya berbicara menjadi mencoba mendengarkan, membaca, mengamati. yang terbiasa mendengarkan dirubah menjadi lebih aktif dengan membaca dan berbicara.
Masyarakat kita terbiasa mendengarkan (sendiko dawuh, kata orang hehehe....) yang katanya "menghambat literasi" bagi saya itu adalah bagian dari
budaya menghormati namun bukan berarti kita tidak mampu "berbicara".
Bukankah literasi itu bermakna luas?
Bukankan literasi itu juga memuat berbicara, mendengarkan, membaca, budaya, teknolagi, berhitung (numerasi).
Jadi marilah kita belajar untuk memiliki sudut pandang yang luas.
Bahasanya campur ya guys, supaya enak saja membacanya. Jika saya tulis dengan terurut dan tersusun rapi pasti akan menjadi sesuatu yang membosankan.
Kali ini kita akan belajar tentang sejarah dan pengertian literasi. simak ya guys....
SEJARAH LITERASI
Menelusuri literasi masyarakat Indonesia sesungguhnya memiliki sejarah yang sangat panjang, melampaui peluncuran pertama kali UNESCO pada tahun 1946 mengenai global literacy effort. Menurut para arkeolog, filolog dan antropolog bahwa literasi tulis-menulis di nusantara sudah berkembang mulai abad 5 masehi sejak kehadiran Hindu dan Budha serta tercatat di abad 13 ketika agama Islam datang. Ditinjau dari perspektif ini maka masyarakat nusantara dan bangsa Indonesia secara empirik tidak dapat dipungkiri telah tumbuh dan berkembang literasinya.
Literasi pada mulanya lebih diartikan sebagai melek aksara, dalam arti
tidak buta huruf ataupun bisa membaca. Seiring dengan dinamika
masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi, maka
konsep dan definisi serta pemaknaan literasi kian kompleks dan variatif.
Definisi, Konsep dan Makna Literasi Dalam Lintasan Waktu
A. Menurut pakar
- Resnick dan Resnick (1977): kemampuan membaca risalah agama dan kefasihan dalam membaca lisan.
- Levine (1986): literasi adalah kemampuan untuk menandai nama seseorang sebagai tanda orang yang melek huruf dan perbedaan yang menarik antara kedua jenis kelamin dan generasi berturut-turut yang ditemukan.
- Elizabeth Sulzby (1986): literasi adalah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi (membaca, berbicara, menyimak, dan menulis) dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya.
- Harveu J. Graff (2006): literasi adalah kemampuan dalam diri seseorang untuk menulis dan membaca.
- Ditinjau dari sudut pandang sosiologi dengan menggunakan perspektif interaksi sosial, maka literasi adalah melibatkan seperti apa tujuan membaca teks, bagaimana pembaca menafsirkan teks, bagaimana pembaca berkomunikasi dengan penulis dan bagaimana pembaca mengomunikasikan apa yang mereka baca dengan orang lain, karena mereka mungkin perlu mendiskusikan isi teks (Guthrie dan Kirsch, 1984; Levine, 1986, Elley, 1989).
B. UNESCO
Definisi literasi terbaru adalah kemampuan
untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat, mengkomunikasikan, dan
menghitung, menggunakan materi cetak dan tertulis yang terkait dengan berbagai konteks
(UNESCO, 2018).
C. International Literacy Association (ILA)
ILA mendefinisikan literasi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami,
menafsirkan, membuat, menghitung, dan berkomunikasi menggunakan materi visual, audio,
dan digital lintas disiplin ilmu dan dalam konteks apa pun.
D. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Menurut definisi yang dikemukakan di dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, literasi adalah kemampuan mengakses, memahami, dan
menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca,
melihat, menyimak, menulis, dan berbicara (2017). Dalam Panduan Gerakan Literasi Nasional
(GLS), Kemendikbud memperkenalkan dimensi literasi yang mencakup literasi baca dan tulis,
numerasi, sains, digital dan literasi budaya dan kewargaan sebagaimana yang dikemukakan
oleh OECD.
E. Menurut OECD (Organization for Economic Co-Operation and Development)
Literasi menurut pengertian OECD adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan
informasi tercetak dalam kehidupan sehari-hari kegiatan, di rumah, di tempat kerja dan di
masyarakat untuk mencapai tujuan, dan untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi
seseorang.
F. Perpustakaan Nasional R
Berdasarkan versi Perpustakaan Nasional RI, mengartikan literasi dalam konsep 4 (empat)
hierarki literasi yang meliputi kemampuan mengumpulkan sumber-sumber bacaan,
kemampuan memahami yang tersirat dari yang tersurat, kemampuan mengungkapkan ide
atau gagasan baru, teori baru dan kreativitas serta inovasi baru hingga memiliki kemampuan
menganalisis informasi dan menulis buku, yang terakhir adalah kemampuan menciptakan
barang atau jasa yang bermutu yang bisa dipakai dalam kompetisi global. Keempat hierarki
literasi ini dapat diterapkan sesuai kebutuhan dan kondisi masyarakat yang riel. Bagi
masyarakat yang belum memiliki akses terhadap adanya buku, maka dilakukan strategi,
program dan kegiatan berupa mengumpulkan sumber-sumber bacaan. Kemudian apabila
masyarakat sudah terpapar bahan-bahan bacaan, maka perlu dimotivasi dan stimulasi untuk
tumbuh dan berkembang minat, kegemaran dan budaya bacanya. Tidak berhenti di aktivitas
membaca buku, tetapi harus lebih jauh berupaya memahami pesan baik berupa pengetahuan
maupun informasi yang dapat diperoleh dari bahan bacaan itu. Meningkat dari kemampuan
memahami bacaan, adalah mendialektikkan antara pengetahuan yang dimiliki si pembaca
dengan gagasan yang dikemukakan oleh si penulis buku. Melalui proses ini diharapkan
mampu secara kreatif melahirkan konsep-konsep baru yang inovatif. Ide-ide yang inovatif
diterjemahkan dalam wujud barang dan jasa yang dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
G. New Literacy Studies (NLS)
‘The New Literacies Studies’ diuraikan secara tata bahasa berbeda dari ‘the New Literacy
Studies’. NLS adalah tentang mempelajari literasi dengan cara baru. 'The New Literacy
Studies' adalah tentang mempelajari jenis literasi baru di luar literasi cetak, terutama 'literasi
digital' dan praktik literasi yang tertanam dalam budaya populer. The New Literacies Studies
memandang berbagai alat digital sebagai teknologi untuk memberi dan mendapatkan makna,
seperti halnya bahasa (Alvermann et al. 1999; Buckingham 2003, 2007; Coiro et al. 2008; Gee
2004, 2013; Hobbs 1997; Jenkins 2006; Kist 2004 ; Knobel dan Lankshear 2007; Kress 2003;
Lankshear 1997; Lankshear dan Knobel 2006; New London Group 1996). Singkatnya NLS
memandang literasi adalah sebagai suatu gerakan sosial
Litnum Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan RI.
Yulya Astuthi, S. Si
UPT SD Negeri 37 Gresik Jawa Timur
Komentar
Posting Komentar